Kerajaan Mataram Islam merupakan salah satu kerajaan Islam yang ada di nusantara. Berikut ini adalah contoh makalah tentang kerajaan Mataram Islam. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Silahkan mengkopynya dan terima kasih telah berkunjung.
CONTOH MAKALAH KERAJAAN MATARAM ISLAM
BAB I
CONTOH MAKALAH KERAJAAN MATARAM ISLAM
MAKALAH
KERAJAAN MATARAM
ISLAM
Diajukan Untuk
Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran “Sejarah”
Guru Mata
Pelajaran : Abdul Rojak, S.Pd.I
Disusun Oleh
Kelompok : 4
1.YENI RAMAHDANA
2. SITI YULYANAH
3. ROHMAYATI
4. SITI MAPTUHAH
5. SITI HARYANTI
6. RATU R.
KELAS : XI A
MA
ASSALAMIYAH CURUGSARI
TAHUN
PELAJARAN 2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kerajaan Mataram Islam merupakan salah satu kerajaan islam
terbersar yang ada ditanah air khususnya di pulau jawa. Kerajaan Mataram adalah
kerajaan Islam terbesar di Jawa yang hingga kini masih mampu bertahan melewati
masa-masa berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia, walaupun dalam
wujud yang berbeda dengan terbaginya kerajaan ini menjadi empat pemerintahan
swa-praja, yaitu Kasunanan Surakarta, sejak runtuhnya dua kerajaan
itu, Mataramlah yang hingga puluhan tahun tetap eksis dan memiliki banyak kisah
dan mitos yang selalu menyertai perkembangannya. Paling tidak Mataram
berkembang dengan diringi oleh mitos perebutan kekuasaan yang panjang. Karena
itu informasi tentang kerajaan mataram islam tidak begitu sulit kita dapat
karena hingga saat ini kerajaan tersebut masih eksis di tanah Jawa walaupun dengan
konteks yang berbeda.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya
Kerajaan Mataram Islam ?
2. Dimana letak Kerjaan Mataram Islam ?
3. Bagaimana bentuk sistem pemerintahan
Kerajaan Mataram Islam ?
4. Bagaimana kehidupan ekonomi dan
kehidupan Politik Kerjaan Mataram Islam ?
5. Bagaimana Kehidupan sosial dan
budaya Kerajaan Mataram Islam ?
6. Apa yang menyebabkan Terpecahnya
Kerajaan Mataram Islam ?
7. Apa saja yang dilakukan Kerajaan
Mataram Islam untuk memperluas wilayah Kerajaannya ?
8. Apa yang menyebabkan runtuhnya
Kerajaan Mataram Islam dan apa saja Peninggalan – peninggalannya ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Berdirinya Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat kerajaan ini
terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Awal
berdirinya yaitu setelah kerajaan Demak runtuh, kerajaan Pajang merupakan
satu-satunya kerajaan di Jawa Tengah. Namun demikian raja Pajang masih
mempunyai musuh yang kuat yang berusaha menghancurkan kerajaannya, ialah seorang
yang masih keturunan keluarga kerajaan Demak yang bernama Arya Penangsang. Raja
kemudian membuat sebuah sayembara bahwa barang siapa mengalahkan Arya
Penangsang atau dapat membunuhnya, akan diberi hadiah tanah di Pati dan
Mataram. Ki Pemanahan dan Ki Penjawi yang merupakan abdi prajurit Pajang
berniat untuk mengikuti sayembara tersebut. Di dalam peperangan akhirnya Danang
Sutwijaya berhasil mengalahkan dan membunuh Arya Penangsang. Sutawijaya adalah
anak dari Ki Pemanahan, dan anak angkat dari raja Pajang sendiri. Namun karena
Sutawijaya adalah anak angkat Sultan sendiri maka tidak mungkin apabila Ki
Pemanahan memberitahukannya kepada Sultan Adiwijaya. Sehingga Kyai Juru Martani
mengusulkan agar Ki Pemanahan dan Ki Penjawi memberitahukan kepada Sultan bahwa
merekalah yang membunuh Arya Penangsang. Ki Ageng Pemanahan memperoleh tanah di
Hutan Mentaok dan Ki Penjawi memperoleh tanah di Pati.
2.2 Letak Kerajaan Mataram
Islam
Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat kerajaan ini terletak di
sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Dalam sejarah Islam, Kerajaan Mataram Islam memiliki peran yang cukup penting
dalam perjalanan secara kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Hal ini terlihat
dari semangat raja-raja untuk memperluas daerah kekuasaan dan mengIslamkan para
penduduk daerah kekuasaannya, keterlibatan para pemuka agama, hingga
pengembangan kebudayaan yang bercorak Islam di jawa. Dinasti Mataram Islam sesungguhnya berawal dari keluarga petani, begitulah yang
tertulis pada Babad Tanah Jawi. Kisahnya
2.3 Sistem pemerintahan
Kerajaan Mataram Islam
Setelah Panembahan Senopati meninggal kekuasaannya
digantikan oleh anaknya yang bernama Mas Jolang atau Panembahan Seda Krapyak.
Jolang hanya memerintah selama 12 tahun (1601-1613), tercatat bahwa pada
pemerintahannya beliau membangun sebuah taman Danalaya di sebelah barat kraton.
Pemerintahannya berakhir ketika beliau meninggal di hutan Krapyak ketika beliau
sedang berburu. Selanjutnya bertahtalah Mas Rangsang, yang bergelar Sultan
Agung Hanyakrakusuma. Di bawah pemerintahannya (tahun 1613-1645) Mataram
mengalami masa kejayaan. Ibukota kerajaan Kotagede dipindahkan ke Kraton
Plered. Sultan Agung juga menaklukkan daerah pesisir supaya kelak tidak
membahayakan kedudukan Mataram. Beliau juga merupakan penguasa yang secara
besar-besaran memerangi VOC yang pada saat itu sudah menguasai Batavia. Karya
Sultan Agung dalam bidang kebudayaan adalah Grebeg Pasa dan Grebeg Maulud.
Sultan Agung meninggal pada tahun 1645
2.4 Kehidupan Ekonomi dan
Politik Kerajaan Mataram Islam
a.
Kehidupan Ekonomi
Letak kerajaan Mataram di pedalaman,
maka Mataram berkembang sebagai kerajaan agraris yang menekankan dan
mengandalkan bidang pertanian. Sekalipun demikian kegiatan perdagangan tetap
diusahakan dan dipertahankan, karena Mataram juga menguasai daerah-daerah
pesisir. Dalam bidang pertanian, Mataram mengembangkan daerah persawahan. Dalam
bidang pertanian, Mataram mengembangkan daerah persawahan yang luas terutama di
Jawa Tengah, yang daerahnya juga subur dengan hasil utamanya adalah beras, di
samping kayu, gula, kapas, kelapa dan palawija. Sedangkan dalam bidang
perdagangan, beras merupakan komoditi utama, bahkan menjadi barang ekspor
karena pada abad ke-17 Mataram menjadi pengekspor beras paling besar pada saat
itu. Dengan demikian kehidupan ekonomi Mataram berkembang pesat karena didukung
oleh hasil bumi Mataram yang besar.
b.
Kehidupan Politik
Pendiri kerajaan Mataram adalah
Sutawijaya. Ia bergelar Panembahan Senopati, memerintah tahun (1586 – 1601).
Pada awal pemerintahannya ia berusaha menundukkan daerah-daerah seperti
Ponorogo, Madiun, Pasuruan, dan Cirebon serta Galuh. Sebelum usahanya untuk
memperluas dan memperkuat kerajaan Mataram terwujud, Sutawijaya digantikan oleh
putranya yaitu Mas Jolang yang bergelar Sultan Anyakrawati tahun 1601 – 1613.
Sebagai raja Mataram ia juga
berusaha meneruskan apa yang telah dilakukan oleh Panembahan Senopati untuk
memperoleh kekuasaan Mataram dengan menundukkan daerah-daerah yang melepaskan
diri dari Mataram. Akan tetapi sebelum usahanya selesai, Mas Jolang meninggal
tahun 1613 dan dikenal dengan sebutan Panembahan Sedo Krapyak. Untuk
selanjutnya yang menjadi raja Mataram adalah Mas Rangsang yang bergelar Sultan
Agung Senopati ing alogo Ngabdurrahman, yang memerintah tahun 1613 – 1645.
Sultan Agung merupakan raja terbesar dari kerajaan ini. Pada masa
pemerintahannya Mataram mencapai puncaknya, karena ia seorang raja yang gagah
berani, cakap dan bijaksana.
2.5 Kehidupan Sosial dan Budaya Kerajaan Mataram Islam
Sebagai kerajaan yang bersifat agraris, masyarakat Mataram
disusun berdasarkan sistem feodal. Dengan sistem tersebut maka raja adalah
pemilik tanah kerajaan beserta isinya. Untuk melaksanakan pemerintahan, raja
dibantu oleh seperangkat pegawai dan keluarga istana, yang mendapatkan upah
atau gaji berupa tanah lungguh atau tanah garapan. Tanah lungguh tersebut
dikelola oleh kepala desa (bekel) dan yang menggarapnya atau mengerjakannya
adalah rakyat atau petani penggarap dengan membayar pajak/sewa tanah. Dengan
adanya sistem feodalisme tersebut, menyebabkan lahirnya tuan-tuan tanah di Jawa
yang sangat berkuasa terhadap tanah-tanah yang dikuasainya. Sultan memiliki
kedudukan yang tinggi juga dikenal sebagai panatagama yaitu pengatur kehidupan
keagamaan. Sedangkan dalam bidang kebudayaan, seni ukir, lukis, hias dan patung
serta seni sastra berkembang pesat. Hal ini terlihat dari kreasi para seniman
dalam pembuatan gapura, ukiran-ukiran di istana maupun tempat ibadah.
2.6 Terpecahnya Kerajaan Mataram Islam
Amangkurat I memindahkan lokasi keraton ke Pleret (1647),
tidak jauh dari Kerta. Selain itu, ia tidak lagi menggunakan gelar sultan,
melainkan "sunan" (dari "Susuhunan" atau "Yang
Dipertuan"). Pemerintahan Amangkurat I kurang stabil karena banyak
ketidakpuasan dan pemberontakan. Pada masanya, terjadi pemberontakan besar yang
dipimpin oleh Trunajaya dan memaksa Amangkurat bersekutu dengan VOC. Ia wafat
di Tegalarum (1677) ketika mengungsi sehingga dijuluki Sunan Tegalarum.
Penggantinya, Amangkurat II (Amangkurat Amral), sangat patuh pada VOC sehingga
kalangan istana banyak yang tidak puas dan pemberontakan terus terjadi. Pada
masanya, kraton dipindahkan lagi ke Kartasura (1680), sekitar 5km sebelah barat
Pajang karena kraton yang lama dianggap telah tercemar.
2.7 Usaha – usaha Kerajaan
Mataram Islam dalam perluasan wilayah
Mataram mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan
Sultan Agung. Wilayah Mataram bertambah luas meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur,
dan sebagian Jawa Barat. Sultan Agung di samping dikenal sebagai raaja juga
pemimpin agama. Kehidupan beragama mendapat perhatian dan pengembangan yang
sangat pesat. Sultan Agung dikenal juga sebagai pahlawan nasional karena
perannya dalam mengusir penjajah Belanda. Pengaruh Mataram saampai ke
Palembang, Jambi, Banjarmasin, dan ke timur sampai Gowa Makasar. Pengaruh ini
ditandai adanya hubungan kerja sama dan saling mengirim utusan antara
daerah-daerah tersebut dengan Mataram. Kemajuan yang dicapai pada masa
pemerintahan Sultan Agung meliputi kemajuan di bidang politik, ekonomi, sosial,
dan budaya.
Bidang Politik
Kemajuan politik yang dicapai Sultan Agung adalah menyatukan
kerajaan-kerajaan Islam di Jawa dan menyerang Belanda di Batavia.
Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam
Sultan Agung berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. Usaha ini
dimulai dengan menguasai Gresik, Jaratan, Pamekasan, Sumenep, Sampang,
Pasuruhan, kemudian Surabaya. Salah satu usahanya mempersatukan kerajaan Islam
di Pulau Jawa ini ada yang dilakukan dengan ikatan perkawinan. Sultan Agung
mengambil menantu Bupati Surabaya Pangeran Pekik dijodohkan dengan putrinya
yaitu Ratu Wandansari.
Bidang Ekonomi
Kemajuan dalam bidang ekonomi
meliputi hal-hal berikut ini:
1. Sebagai negara agraris, Mataram
mampu meningkatkan produksi beras dengan memanfaatkan beberapa sungai di Jawa
sebagai irigasi. Mataram juga mengadakan pemindahan penduduk (transmigrasi)
dari daerah yang kering ke daerah yang subur dengan irigasi yang baik. Dengan
usaha tersebut, Mataram banyak mengekspor beras ke Malaka.
2. Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam di
pesisir Jawa tidak hanya menambah kekuatan politik, tetapi juga kekuatan
ekonomi. Dengan demikian ekonomi Mataram tidak semata-mata tergantung ekonomi
agraris, tetapi juga karena pelayaran dan perdagangan.
Bidang Sosial dan Budaya
Kemajuan dalam bidang sosial budaya
meliputi hal-hal berikut:
1. Timbulnya kebudayaan kejawen
Unsur ini merupakan akulturasi dan asimilasi antara
kebudayaan asli Jawa dengan Islam. Misalnya upacara Grebeg yang semula
merupakan pemujaan roh nenek moyang. Kemudian, dilakukan dengan doa-doa agama
Islam. Saampai kini, di jawa kita kenal sebagai Grebeg Syawal, Grebeg Maulud
dan sebagainya.
2. Perhitungan Tarikh Jawa
Sultan Agung berhasil menyusun tarikh Jawa. Sebelum tahun
1633 M, Mataram menggunakan tarikh Hindu yang didasarkan peredaran matahari
(tarikh syamsiyah). Sejak tahun 1633 M (1555 Hindu), tarikh Hindu diubah ke
tarikh Islam berdasarkan peredaran bulan (tarikh komariah). Caranya, tahun 1555
diteruskan tetapi dengan perhitungan baru berdasarkan tarikh komariah. Tahun
perhitungan Sultan Agung ini kemudian dikenal sebagai “tahun Jawa”.
3. Berkembangnya Kesusastraan Jawa
Pada zaman kejayaan Sultan Agung,
ilmu pengetahuan dan seni berkembang pesat, termasuk di dalamnya kesusastraan
Jawa. Sultan Agung sendiri mengarang kitab yang berjudul Sastra Gending yang
merupakan kitab filsafat kehidupan dan kenegaraan. Kitab-kitab yang lain adalah
Nitisruti, Nitisastra, dan Astrabata. Kitab-kitab ini berisi tentang
ajaran-ajaran budi pekerti yang baik.
2.8 Runtuhnya Kerajaan Mataram
Islam dan Peninggalan – peninggalannya
1.
Runtuhnya Kerajaan Mataram Islam
Sultan Agung tidak mempunyai
pengganti yang mumpuni sepeninggalnya. Putra mahkota sangat bertolak belakang
sifat dan kepribadiannya dengan sang ayah. Kegemarannya pada kehidupan
keduniawian telah mendorongnya ke jurang kehancuran kerajaan. Maka dimulailah
pemerintahannya sebagai raja Mataram bergelar Sunan Amangkurat I (1646-1677).
Raja ini mempunyai kebiasaan yang
berbeda dengan para pendahulunya. Gaya pemerintahannya cenderung lalim, tidak
suka bergaul (terasing) dan terlalu curiga dengan semua orang. Para pejabat di
zaman pemerintahan ayahnya dihabisi dengan bengis, entah dengan hukuman cekik
sampai mati untuk perkara-perkara yang sudah diatur (jebakan) atau dengan cara
dikorbankan menjadi memimpin armada perang ke luar Mataram. Hubungan antar
kerabat pun tidak berjalan baik. Bahkan dengan putra mahkotanya, Sunan Amangkurat
I terlibat bersaing dalam urusan wanita pilihan sebagai istri. Kejadian ini
memunculkan tragedi berupa tewasnya mertua dan saudara-saudara raja. Karena
putra mahkota didukung oleh kakeknya, P. Pekik (mertua Amangkurat I) untuk
menikahi seorang gadis cantik bernama Rara Oyi, putri Ngabehi Mangunjaya dari
tepi Kali Mas Surabaya. P. Pekik berasal dari Surabaya terlibat membantu
putra mahkota yang merupakan saingan sang raja dalam perebutan putri tersebut.
Demikianlah kerajaan Mataram resmi terbagi dalam 3 kekuasaan yang diperintah
Sunan PB III, Sultan HB I, dan Mangkunegara I. Konflik antar pangeran mulai
mereda, keamanan relatif stabil. Namun dalam kedua perundingan yang telah
disepakati tersebut tidak dicantumkan hal pengganti tahta. Oleh karena itu
masih terbuka peluang untuk menyatukan tahta Mataram. MN I berharap akan tahta
Surakarta. Oleh karena itu, putranya (Prabu Widjojo) dinikahkan dengan putri PB
III, GKR Alit. Meskipun dari perkawinan tersebut lahir seorang putra, Namun
harapan MN I pupus, karena PB III kemudian mempunyai putra mahkota. Kelak
putra Ratu Alit dan Prabu Widjojo bertahta sebagai MN II. Demikian pula
upaya Mas Said menikah dengan GKR Bendara, putri sulung HB I. Sayang sang
putri menceraikannya (1763) yang kemudian menikah dengan P. Diponegara (dari
Yogyakarta). Oleh karena itu, terputuslah harapan Mangkunegara untuk merajut
tahta Mataram dalam satu kekuasaan tunggal. Bagaimanapun juga penyatuan Mataram
akan merumitkan VOC karena sukar mengendalikan satu kekuatan besar di Jawa.
Dengan terbagi-baginya kerajaan, maka akan mudah bagi VOC menancapkan hegemoni
dan superiornya di Tanah Jawa.
2.
Peninggalan – peninggalan Kerajaan Mataram Islam
1. Gerbang
Makam Kotagede
Inilah gerbang masuk makam Kotagede, di sini nampak
perpaduan unsur bangunan Hindu dan Islam.
2. Masjid
Makam Kotagede
Sebagai kerajaan Islam, Mataram memiliki banyak peninggalan
masjid kuno, inilah masjid di komplek makam Kotagede yang bangunannya bercorak
Jawa.
3. Bangsal
duda
Di sinilah tempat peziarah mendapatkan informasi dari
jurukunci makam yang berasal dari Kraton Surakarta dan Kraton Yogyakarta. Di
tempat ini jugalah peziarah menanggalkan pakaiannya untuk berganti pakaian
peranakan jika hendak memasuki komplek makam.
4. Kalang
Obong
Upacara tradisional kematian orang Kalang, upacara ini
seperti Ngaben di Bali, tetapi kalau upacara Kalang Obong ini bukan mayatnya
yang dibakar melainkan pakaian dan barang-barang peninggalannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat kerajaan ini
terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Awal
berdirinya yaitu setelah kerajaan Demak runtuh, kerajaan Pajang merupakan
satu-satunya kerajaan di Jawa Tengah. Namun demikian raja Pajang masih
mempunyai musuh yang kuat yang berusaha menghancurkan kerajaannya, ialah
seorang yang masih keturunan keluarga kerajaan Demak yang bernama Arya
Penangsang. Raja kemudian membuat sebuah sayembara bahwa barang siapa
mengalahkan Arya Penangsang atau dapat membunuhnya, akan diberi hadiah tanah di
Pati dan Mataram. Ki Pemanahan dan Ki Penjawi yang merupakan abdi prajurit
Pajang berniat untuk mengikuti sayembara tersebut. Di dalam peperangan akhirnya
Danang Sutwijaya berhasil mengalahkan dan membunuh Arya Penangsang.
3.2 Saran
Sebagai generasi Muda Bangsa Indonesia, Kita harus
melestarika peninggalan - peninggalan sejarah Kerajaan Mataram Islam, Sebab
kalau bukan kita siapa lagi yang akan melestarikannya, dan Kita terus
memperdalam ilmu pengetahuan tentang sejarah, agar kita tau seperti apa
kerajaan - kerajaan yang ada di Indonesia pada masa itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar