MAKALAH
“ EMOSI ”
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Psikologi
DISUSUN
OLEH
KELOMPOK
: 7
1.
SITI NURYANAH
2.
wati sumawati
SEMESTER
: 2 (DUA)
SEKOLAH
TINGGI ILMU TARBIYAH
(
STIT ) SERANG
TAHUN
AKADEMIK 2017/2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ EMOSI
“
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan Makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki Makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Serang, 20 April
2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR
ISI ......................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A.
Latar Belakang
Masalah.............................................................. 1
B.
Rumusan Masalah....................................................................... 1
C.
Tujuan Penulisan......................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN....................................................................... 2
A.
Pengertian Emosi......................................................................... 2
B.
Pendapat Tokoh
Tentang Pengertian Emosi............................... 2
C.
Perasaan dan
Emosi..................................................................... 3
D.
Teori-Teori
Emosi........................................................................ 5
E.
Kecerdasan Emosi
dan Pengaruhnya.......................................... 7
BAB
III PENUTUP .............................................................................. 10
A.
Kesimpulan ................................................................................. 10
B.
Saran............................................................................................ 10
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang Masalah
Dengan
mempelajari emosi kita sebagai seorang pendidik dapat mengenali emosi diri
sendiri, sehingga dapat meningkatkan emosi positif dalam diri sendiri dan
peserta didik, dan meminimalkan atau mengendalikan emosi-emosi anak didik yang
perlu dikembangkan.
B.
Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan emosi?
2. Apakah pendapat tokoh tentang
pengertian emosi?
3. Apakah teori-teori tentang emosi?
4. Apakah yang itu Kecerdasan Emosi dan bagaimana pengaruhnya ?
C. Tujuan penulisan
1.
Untuk
mengetahui pengertian emosi secara umum dan pendaapat para tokoh.
2.
Untuk
mengetahui teori dan konsep emosi
3.
Untuk
mengetahui kecerdasan emosi dan pengaruhnya
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian emosi
Secara
etimologis emosi berasal dari kata Prancis emotion, yang berasal lagi
dari emouvoir, ‘exicte’ yang berdasarkan kata Latin emovere,
artinya keluar. Dengan demikian secara etimologis emosi berati “bergerak
keluar”.
Emosi
adalah suatu konsep yang sangat majemuk sehingga tidak dapat satu pun definisi
yang diterima secara universal. Emosi sebagai reaksi penilaian(positif atau
negatif) yang kompleks dari sistem saraf seseorang terhadap rangsangan dari
luar atau dari dalam diri sendiri.
B.
Pendapat tokoh tentang pengertian emosi
1. Diungkap Prezz (1999) seorang
EQ organizational consultant dan pengajar senior di Potchefstroom University,
Afrika Selatan, secara tegas mengatakan emosi adalah suatu reaksi tubuh
menghadapi situasi tertentu. Sifat dan intensitas emosi biasanya terkait erat
dengan aktivitas kognitif (berpikir) manusia sebagai hasil persepsi terhadap
situasi. Emosi adalah hasil reaksi kognitif terhadap situasi spesifik.
2. Hathersall (1985) merumuskan pengertian emosi
sebagai suatu psikologis yang merupakan pengalaman subyektif yang dapat dilihat
dari reaksi wajah dan tubuh. Misalnya seorang remaja yang sedang marah
memperlihatkan muka merah, wajah seram, dan postur tubuh menegang, bertingkah
laku menendang atau menyerang, serta jantung berdenyut cepat.
3. Selanjutnya Keleinginna and
Keleinginan (1981) berpendapat bahwa emosi seringkali berhubungan dengan
tujuan tingkah laku. Emosi sering didefinisikan dalam istilah perasaan
(feeling), misalnya pengalaman-pengalaman afektif, kenikmatan atau
ketidaknikmatan, marah, takut bahagia, sedih dan jijik.
4. Sedangkan menurut William James (dalam
DR. Nyayu Khodijah) mendefinisikan emosi sebagai keadaan budi rohani yang menampakkan
dirinya dengan suatu perubahan yang jelas pada tubuh.
C. Perasaan dan Emosi
1. Pengertia Perasaan dan emosi
Perasaan
dan emosi pada dasarnya merupakan dua konsep yang berbeda tetapi tidak bisa
dilepaskan. Perasaan selalu saja menyertai dan menjadi bagian dari emosi.
Perasaan (feeling) merupakan pengalaman yang disadari yang diaktifkan
oleh rangsangan dari eksternal maupun internal (keadaan jasmaniah) yang cenderung
lebih bersifat wajar dan sederhana. Demikian pula, emosi sebagai keadaan yang
terangsang dari organisme namun sifatnya lebih intens dan mendalam dari
perasaan. Menurut Nana Syaodih Sukadinata (2005), perasaan menunjukkan suasana
batin yang lebih tenang, tersembunyi dan tertutup ibarat riak air atau hembusan
angin sepoy-sepoy sedangkan emosi menggambarkan suasana batin yang lebih
dinamis, bergejolak, dan terbuka, ibarat air yang bergolak atau angin topan,
karena menyangkut ekspresi-ekspresi jasmaniah yang bisa diamati. Contoh: orang
merasa marah atas kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM, dalam konteks ini,
marah merupakan perasaan yang wajar, tetapi jika perasaan marahnya menjadi
intens dalam bentuk angkara murka yang tidak terkendali maka perasaan marah
tersebut telah beralih menjadi emosi. Orang merasa sedih karena ditinggal
kekasihnya, tetapi jika kesedihannya diekspresikan secara berlebihan, misalnya
dengan selalu diratapi dan bermuram durja, maka rasa sedih itu sebagai bentuk
emosinya.
Perasaan dan
emosi seseorang bersifat subyektif dan temporer yang muncul dari suatu
kebiasaan yang diperoleh selama masa perkembangannya melalui pengalaman dari
orang-orang dan lingkungannya. Perasaan dan emosi seseorang membentuk suatu
garis kontinum yang bergerak dari ujung yang yang paling postif sampai dengan
paling negatif, seperti: senang-tidak senang (pleasant-unpleasent),
suka-tidak suka (like-dislike), tegang-lega (straining-relaxing),
terangsang-tidak terangsang (exciting-subduing)
Karena
sifatnya yang dinamis, bisa dipelajari dan lebih mudah diamati, maka para ahli
dan peneliti psikologi cenderung lebih tertarik untuk mengkaji tentang emosi
daripada unsur-unsur perasaan. Daniel Goleman salah seorang ahli psikologi yang
banyak menggeluti tentang emosi yang kemudian melahirkan konsep Kecerdasan
Emosi, yang merujuk pada kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan
orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi
dengan baik pada diri sendiri dan dalam berhubungan dengan orang lain.
2.
Unsur-Unsur
Perasaan
1. Besifat subyektif daripada gejala
mengenal
2. Bersangkut paut dengan gejala
mengenal.
3. Perasaan dialami sebagai rasa senang
atau tidak senang yang tingkatannya tidak sama.
Perasaan
lebih erat hubungannya denga pribadi seseorang dan berhubungan pula dengan
gejala-gejala jiwa yang lain. Oleh sebab itu tanggapan perasaan seseorang
terhadap sesuatu tidak sama dengan tanggapan perasaan orang lain terhadap hal
yang sama.
Karena adanya
sifat subyektif pada perasaan inilah maka gejala perasaan tidak dapat disamakan
dengan gejaja mengenal berfikir dan lain sebagainya.
3. Macam-Macam Emosi
Menurut
Syamsu Yusuf (2003) emosi individu dapat dikelompokkan ke dalam dua
bagian yaitu:
1. Emosi sensoris
Emosi
sensoris yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap tubuh,
seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang dan lapar
2.
Emosi
psikis..
Emosi
psikis yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan kejiwaan, seperti : perasaan
intelektual, yang berhubungan dengan ruang lingkup kebenaran perasaan sosial,
yaitu perasaan yang terkait dengan hubungan dengan orang lain, baik yang
bersifat perorangan maupun kelompok.
a. Perasaan susila, yaitu perasaan yang
berhubungan dengan nilai-nilai baik dan buruk atau etika (moral)
b. Perasaan keindahan, yaitu perasaan
yang berhubungan dengan keindahan akan sesuatu, baik yang bersifat kebendaan
maupun kerohanian
c. Perasaan ke-Tuhan-an, sebagai fitrah
manusia sebagai makhluk Tuhan (Homo Divinas) dan makhluk beragama (Homo
Religious).
D.
Teori-Teori Emosi
1. Teori James-Lange
Emosi yang
dirasakan adalah persepsi tentang perubahan tubuh. Salah satu dari teori paling
awal dalam emosi dengan ringkas dinyatakan oleh Psikolog Amerika William James:
“Kita merasa sedih karena kita menangis, marah karena kita menyerang, takut
mereka gemetar”.Teori ini dinyatakan di akhir abad ke-19 oleh James dan
psikolog Eropa yaitu Carl Lange, yang membelokkan gagasan umum tentang emosi
dari dalam ke luar. Di usulkan serangkaian kejadian disaat kita emosi : Kita
menerima situasi yang akan menghasilkan emosi. Kita bereaksi ke situasi
tersebut,Kita memperhatikan reaksi kita. Persepsi kita terhadap reaksi itu
adalah dasar untuk emosi yang kita alami. Sehingga pengalaman emosi-emosi yang
dirasakan terjadi setelah perubahan tubuh, perubahan tubuh (perubahan internal
dalam sistem syaraf otomatis atau gerakan dari tubuh memunculkan pengalaman
emosi. Agar teori ini berfungsi, harus ada suatu perbedaan antara perubahan
internal dan eksternal tubuh untuk setiap emosi, dan individu harus dapat
menerima mereka. Di samping ada bukti perbedaan pola respon tubuh dalam emosi
tertentu, khususnya dalam emosi yang lebih halus dan kurang intens, persepsi
kita terhadap perubahan internal tidak terlalu teliti.
2. Teori Cannon-Bard
Emosi yang
dirasakan dan respon tubuh adalah kejadian yang berdiri sendiri-sendiri. Di
tahun I920-an, teori lain tentang hubungan antara keadaan tubuh dan emosi yang
dirasakan diajukan oleh Walter Cannon, berdasarkan pendekatan pada riset emosi
yang dilakukan oleh Philip Bard. Teori Cannon-Bard menyatakan bahwa emosi yang
dirasakan dan reaksi tubuh dalam emosi tidak tergantung satu sarna lain,
keduanya dicetuskan secara bergantian. Menurut teori ini, kita pertama kali
menerima emosi potensial yang dihasilkan dari dunia luar; kemudian daerah otak
yang lebih rendah, seperti hipothalamus diaktifkan. Otak yang lebih rendah ini
kemudian mengirim output dalam dua arah: (1) ke organ-organ tubuh dalam dan
otot-otot eksternal untuk menghasilkan ekspresi emosi tubuh, (2) ke korteks
cerebral, dimana pola buangan dari daerah otak lebih rendah diterima sebagai
emosi yang dirasakan. Kebalikan dengan teori James-Lange, teori ini menyatakan
bahwa reaksi tubuh dan emosi yang dirasakan berdiri sendiri-sendiri dalam arti
reaksi tubuh tidak berdasarkan pada emosi yang dirasakan karena meskipun kita
tahu bahwa hipothalamus dan daerah otak di bagian lebih bawah terlibat dalam
ekspresi emosi, tetapi kita tetap masih tidak yakin apakah persepsi tentang kegiatan
otak lebih bawah ini adalah dasar dari emosi yang dirasakan.
3. Teori Kognitif tentang Emosi
Teori ini
memandang bahwa emosi merupakan interpretasi kognitif dari rangsangan emosional
(baik dari luar atau dalam tubuh). Teori ini dikembangkan oleh Magda Arnold
(1960), Albert Ellis (1962), dan Stanley Schachter dan Jerome Singer (1962).
Berdasarkan teori ini, proses interpretasi kognitif dalam emosi terbagi dalam
dua langkah: 1. Interpretasi stimuli dari lingkungan. Interpretasi pada
stimulus, bukan stimulus itu sendiri, menyebabkan reaksi emosional. Contohnya,
jika suatu hari kamu menerima kado dari Wini dimana Wini adalah musuh besarmu,
maka kamu akan merasa takut atau bisa mengganggap bahwa kado tersebut
berbahaya. Tetapi akan berbeda ceritanya bila Wini adalah seorang teman
karibmu, maka kamu akan dengan senang hati menerima dan membuka kado tersebut
tanpa curiga. Jadi dalam teori kognitifpada emosi, informasi dari stimulus
berangkat pertama kali ke cerebral cortex, dimana akan diinterpretasi pada
pengalaman masa kini dan lamapau. Lalu pesan tersebut dikirim ke limbyc system
dan sistem saraf otonom yang kemudian akan menghasilkan arousl secara
fisiologis. Interpretasi stimuli dari tubuh yang dihasilkan dari arousal saraf
otonom Langkah kedua dalam teori kognitif pada emosi yaitu interpretasi
stimulus dari dalam tubuh yang merupakan hasil dari arousal otonom. Teori
kognitif menyerupai teori James-Lange teori menekankan pentingnya stimuli
internal tubuh dalam mengalami emosi, tetapi sebenarnya itu berlanjut ke
interpretasi kognitif dari stimuli, dimana hal tersebut lebih penting dari pada
stimuli internal itu sendiri.
D.
Kecerdasan Emosi dan Pengaruhnya
1. Kecerdasan emosi
Suatu
terobosan teori tentang emosi dikemukakan oleh Daniel Goleman dalam bukunya The
Emotional Intelligence. Golemen melanjutkan penelitian-penelitian
sebelumnya yang sudah berlangsung sejak 1970-1980-an termasuk yang dilakukan
oleh Howard Gardener(tentang multiple intelegence), Peter Salovey, dan Jhon
Mayer.
Dalam
bukunya, Golemen menyatakan tiga hal yang sangat penting sehingga teorinya bisa
dianggap sebagai terobosan. Yang pertama, emosi itu bukan bakat,
melainkan bisa dibuat dilatih dan dikembangkan, dipertahankan dan yang kurang
baik dikurangi atau dibuang sama sekali. Kedua, emosi itu bisa diukur
seperti intelegensi. Hasil pengukurannya disebut EQ (emotional Quotient).
Dengan demikian, kita tetap dapat memonitor kondisi kecerdasan emosi kita.
Ketiga, dan ini yang terpenting, EQ memegang peranan lebih penting daripada
IQ. Sudah terbukti banyak rang dengan IQ tinggi, yang di masa lalu dunia
psikologi dianggap sebagai jaminan keberhasilan seseorang, justru mengalami
kegagalan. Mereka kalah daarai orang-orang dengan IQ rata-rata saja, tetapi
memiliki EQ yang tinggi. Menurut Goleman, sumbangan IQ dalam menentukan
keberhasilan seseorang hana sekitar 20-30% saj, selebihnya ditentukan oleh EQ
yang tinggi
Adapun
orang yang dikatakan mempunyai EQ yang tinggi adalah jika ia memenuhi kriteria
berikut, yaitu sebagai berikut:
1. Mampu mengenali emosinya sendiri.
2. Mampu mengendalikan emosinya dengan
situasi dan kondisi.
3. Mampu menggunakan emosinya untuk
meningktakan motivasinya sendiri(bukan malah membuat diri putus asa atau
bersikap negatif pada orang lain).
4. Mampu berinteraksi positif dengan
orang lain.
2. Pengaruh Emosi pada belajar
Emosi
berpengaruh besar pada kualitas dan kuantitas belajar (Meier dalam DR. Nyayu
Khodijah, 2006). Emosi yang positif dapat mempercepat proses belajar dan
mencapai hasil belajar yang lebih baik, sebaliknya emosi yang negatif dapat
memperlambat belajar atau bahkan menghentikannya sama sekali. Oleh karena itu,
pembelajaran yang berhasil haruslah dimulai dengan menciptakan emosi positif
pada diri pembelajar. Untuk menciptakan emosi positif pada diri siswa dapat
dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan menciptakan
lingkungan belajar yang menyenangkan dan dengan penciptaan kegembiraan belajar.
Menurut Meier, 2002 (dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006) kegembiraan belajar
seringkali merupakan penentu utama kualitas dan kuantitas belajar yang dapat
terjadi. Kegembiraan bukan berarti menciptakan suasana kelas yang ribut dan
penuh hura-hura. Akan tetapi, kegembiraan berarti bangkitnya pemahaman dan
nilai yang membahagiakan pada diri si pembelajar. Selain itu, dapat juga
dilakukan pengembangan kecerdasan emosi pada siswa. Kecerdasan emosi merupakan
kemampuan seseorang dalam mengelola emosinya secara sehat terutama dalam
berhubungan dengan orang lain.
3.
Pertumbuhan emosi
Pertumbuhan
dan perkembangan emosi seperti juga pada tingkah laku lainnya ditentukan oleh
pematangan dan proses belajar seorang bayi yang baru lahir dapat menangis
tetapi ia harus mencapai ringkas kematangan tertentu untuk dapat tertawa
setelah anak itu sudah besar maka ia akan belajar bahwa menangis dan tertawa
digunakan untuk maksud-maksud tertentu atau untuk situasi tertentu.
Makin
besar anak itu makin besar pula kemampuannya untuk belajar sehingga
perkembangan emosinya makin rumit. Perkembangan emosi melalui proses kematangan
hanya terjadi sampai usia satu tahun. Setelah itu perkembangan selanjutnya
lebih banyak ditentukan oleh proses belajar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
pemaparan materi tentang emosi di atas kami penulis menyimpulkan sebagai
berikut:
- Setiap manusia memiliki karakteristik emosinya masing-masing yang semuannya itu merupakan suatu bentuk kebesaran Allah SWT sebagai pencipta manusia dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.
- Emosi memiliki peranan yang penting dalam kehidupan. Emosi dapat mendatangkan keburukan ketika kita tidak dapat mengendalikannya dan kebaikan ketika diri kita dapat mengolahnya dengan baik.
- Berbagai macam-macam emosi dimiliki manusia sebagai makhluk yang sempurna. Baik buruknya suatu emosi tergantung bagaimana kita menyikapinya.
- Emosi berperan dalam proses pembelajaran. Karena dalam emosi terdapat energi yang postif dan negatif. Tergantung bagaimana kita sebagai pendidik membimbingnya.
B. SARAN
Dari
pemaparan materi tentang emosi kami penulis menyarankan :
- Manajemen emosi anda dengan baik. Karena keberhasilan sesorang tidak hanya ditentukan kecerdasannya semata tetapi emosi juga berpengaruh besar terhadap kesuksesan anda.
- Gunakan manajemen emosi ini untuk membimbing peserta didik agar dapat optimal dalam mengolah emosinya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi
Abu. Psikologi Umum. Rineka Cipta. Jakarta. 2003
Saleh
Rahman Abdul dan Wahab Abdul Muhbib. Psikologi Suatu Pengantar (Dalam
Prespektif Islam).Kencana. Jakarta.2009
Sarwono
W Sarwito, Pengantar Psikologi Umum,PT.Raja Grafindo
Persada:Jakarta,2010.
http://www.duniapsikologi.com/emosi/
13/04/2013 23:00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar